Fenomena "Anak Ekor Busuk" Cina Efek Krisis Lapangan Kerja

Fenomena "Anak dengan Ekor Busuk" di China

Fenomena "Anak dengan Ekor Busuk" di China: Dampak Krisis Lapangan Kerja

Indonesia, K Media Network – Krisis ketenagakerjaan di China memunculkan istilah baru di kalangan masyarakat, yakni “anak dengan ekor busuk”. Istilah ini merujuk pada lulusan perguruan tinggi yang gagal mendapatkan pekerjaan dan kembali bergantung pada orang tua mereka, menyebabkan tekanan ekonomi tambahan bagi keluarga.

Lonjakan Pengangguran Pemuda

Fenomena ini semakin mencolok seiring meningkatnya angka pengangguran pemuda di China. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan usia 16-24 tahun mencapai 21,3% pada Juni 2023, sebelum turun menjadi 17,6% pada September 2024. Dengan 12,22 juta lulusan universitas baru yang diperkirakan memasuki pasar kerja pada tahun 2025, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat.

Tekanan pada Keluarga dan Ekonomi

Banyak lulusan universitas yang kembali ke rumah karena sulit memperoleh pekerjaan dengan gaji layak. Kondisi ini memperburuk tekanan keuangan orang tua yang sudah menghadapi kenaikan biaya hidup dan pendidikan. Banyak keluarga yang sebelumnya berharap anak-anak mereka dapat segera mandiri, kini harus menanggung beban finansial lebih lama.

Fenomena Serupa di Negara Lain

China bukan satu-satunya negara yang menghadapi tantangan serupa. Jepang telah lama menghadapi fenomena NEET (Not in Education, Employment, or Training), yakni individu berusia 15 hingga 34 tahun yang tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan. Budaya Jepang yang menjunjung tinggi etos kerja membuat keberadaan NEET menjadi persoalan sosial yang serius.

Upaya Pemerintah dan Tantangan Masa Depan

Pemerintah China telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memberikan program pelatihan keterampilan bagi lulusan baru. Namun, para analis menilai bahwa tantangan struktural dalam perekonomian dan pasar tenaga kerja China memerlukan solusi jangka panjang.

Sejumlah pakar menyoroti perlunya reformasi di sektor ketenagakerjaan, termasuk meningkatkan fleksibilitas pasar kerja, memberikan insentif bagi perusahaan yang merekrut lulusan baru, serta memperkuat sistem pendidikan agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri.

Dengan jumlah lulusan universitas yang terus bertambah setiap tahun, solusi konkret menjadi krusial untuk mencegah fenomena "anak dengan ekor busuk" semakin meluas dan berdampak pada stabilitas sosial serta pertumbuhan ekonomi China di masa depan.

Lebih baru Lebih lama